Showing posts with label CATATAN. Show all posts
Showing posts with label CATATAN. Show all posts

BREAKING NEWS: Pernyataan Lengkap Kapolri Soal Aksi 2 Desember dan Agenda Makar


Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap rencana aksi 2 Desember memiliki agenda terselubung. Polri menduga aksi tersebut berupaya menjatuhkan pemerintah sebab polisi sudah mengetahui adanya rapat-rapat terkait agenda politik untuk melakukan makar. Kapolri berjanji bertindak tegas sesuai aturan hukum yang berlaku.

Berikut pernyataan lengkap Tito yang disampaikan di Lobi Gedung Utama Mabes Polri, Jl Trunjoyo, Kebayoran Baru, Senin (21/11/2016). Turut hadir dalam kesempatan ini Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Selamat siang, rekan-rekan semua. Jadi baru saja kami dengan Bapak Panglima TNI memberikan arahan melalui video conference kepada pejabat utama di Mabes Polri, sebagian juga pejabat utama dari Mabes TNI dan diikuti oleh para Kapolda, para Pangdam dan seluruh Pangkotama seluruh Indonesia. Intinya adalah antisipasi tanggal 25 November dan tanggal 2 Desember.

Aksi tanggal 25 November dan 2 Desember. Informasi yang kita terima 25 November akan ada aksi unjukrasa di DPR. Namun ada upaya tersembunyi dari beberapa kelompok yang ingin masuk ke DPR dan berusaha untuk dalam tanda petik meguasai DPR. Aksi ini bagi kami dan Bapak Panglima sudah diatur dalam Undang-undang mulai 104 sampai 107 dan lain-lain dilarang. Itulah perbuatan kalau bermaksud menguasai DPR maka itu melanggar hukum. Kalau itu bermaksud menggulingkan pemerintah itu ada pasal makar. Oleh karena itu, kita akan melakukan pencegahan dengan memperkuat gedung DpR MPR. Sekaligus juga confirm rencana-rencana konsolidasi pengamanan . Kita akan lakukan tindakan tegas dan terukur sesuai aturan undang-undang. Kita akan tegakkan hukum, baik yang melakukan maupun yang menggerakkan.

Kemudian yang kedua, menyikapi tanggal 2 Desember. Ada sejumlah elemen yang sudah menyampaikan pers rilis untuk melaksanakan kegiatan yang mereka sebuat Aksi Bela Islam Ketiga. Dan itu dalam bentuk gelar sajadah, Salat Jumat di Jalan Thamrin, Jalan Sudirman, serta Bundaran HI. Kita sampaikan di sini bahwa kegiatan tersebut sesuai aturan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998, penyampaian pendapat di muka umum itu merupakan hak kontitusi dari warga. Namun tidak bersifat absolut.

Ada empat batasan dalam Undang-undang itu yang tidak boleh.

Yang pertama, tidak boleh menggannggu hak asasi orang lain, termasuk memakai jalan, kalau jalan protokol itu tidak boleh kalau mereka terganggu.

Yang kedua, tidak mengganggu ketertiban umum, sangat jelas bahwa itu jalan protokol. Kalau itu diblok, otomatis akan mengganggu warga yang menggunakan jalan itu. Ibu-ibu yang melahirkan, mau berangkat ke RSCM bisa terganggu. Yang sakit bisa terganggu, yang mau bekerja juga bisa terganggu. Sopir taksi, angkutan, dan lain-lain bisa terganggu. Disamping itu, juga akan dapat memacetkan Jakarta, karena di jalan protokol, hari Jumat lagi. Itu mengganggu ketertiban publik. Dalam penilaian kami kepolisian, oleh karena itu maka kami akan melarang kegiatan itu.

Melarang, kalau dilaksanakan akan kita bubarkan. Kalau melawan dibubarkan kita akan lakukan tindakan, ada ancaman hukuman dari Pasal 212 KUHP sampai 218 KUHP. Yaitu melawan petugas. Kalau melawan satu orang 212 KUHP, melawan lebih dari tiga orang 213 KUHP, melawan sampai ada korban luka dari petugas 214 KUHP ancamannya berat, itu diatas lima tahun, tujuh tahun kalau sampai ada korban luka dari petugas.

Oleh karena itu, Kapolda Metro akan melakukan mengeluarkan maklumat pelarangan itu dan kemudian akan diikuti oleh Polda-polda lain yang kantong-kantong massa yang mengirim akan dikeluarkan maklumat dilarang berangkat bergabung dengan kegiatan yang melanggar undang-undang tersebut. Dan kemudian akan dilakukan tindakan-tindakan seandainya tetap memaksa untuk berangkat.

Sekali lagi, masalah kasus ini, Kasus Basuki Tjahaja Purnama sudah mendekati tahap akhir penyelesaiannya. Kemungkinan besar dalam waktu satu minggu maksimal dua minggu mendatang kita sudah serahkan ke Jaksa, Saya selaku Kepala Kepolisian Negara Indonesia menjamin hal itu kepada seluruh lapisan masyarakat. Sehingga kalau tetap ada demo lain, baik dengan cover gelar sajadah dan lain-lain, ujung-ujungnya orasi, mengganggu masyarakat, mengganggu ketertiban umum, maka kita akan bertindak keras. Apalagi kalau sampai nanti mengarah pada agenda-agenda tertutup yaitu menggulingkan pemerintah yang sah, ada aturan hukum, 104 sampai 107 KUHP jelas sekali disana, apalagi sampai melawan petugas, akan membawa bambu runcing dan lain-lain, jelas itu akan melanggar, kita lakukan tindakan hukum, sesuai aturan hukum yang ada.

Saya kira itu saja rekan-rekan sekalian.

[video]

Read More »

1 BUKTI LAGI: Oknum Guru Penista Agama Ditetapkan Tersangka dan Langsung Ditahan Polisi; Kenapa Ahok Beda?


BANGKA - ‎Setelah melalui proses panjang dalam pemeriksaan berbagai saksi dan alat bukti, akhirnya pihak Satuan Reskrim Polres Pangkalpinang melakukan penetapan tersangka terhadap mantan guru sekolah, Erma Ginting, Senin (1/2/2016) sore.

Wanita yang diduga melakukan penistaan agama dan dilaporkan oleh pihak MUI inipun langsung digiring menuju ruang tahanan wanita Polres Pangkalpinang didampingi Kuasa Hukumnya.

Sebelum dilakukan penetapan tersangka, Erma Ginting yang telah hadir sejak pukul 08.00 Wib ini hampir diperiksa selama tujuh jam oleh penyidik terkait kasus yang dilaporkan untuk dirinya itu.

Bahkan, disela-sela pemeriksaannya, terlihat puluhan orang yang mewakili ormas keagamaan dan perwakilan pihak terkait lainnya mendatangi Polres Pangkalpinang.

Rombongan tersebut pun langsung diterima dan melakukan pertemuan di ruang Wakapolres Pangkalpinang. Hingga akhirnya hampir satu jam meninggalkan kantor polisi dengan iring-iringan kendaraan.

Kasat Reskrim Polres Pangkalpinang, AKP Teguh Setiawan mengatakan, bahwa pihaknya secara resmi telah menetapkan tersangka dan melakukan penahanan terhadap Erma Ginting terkait kasusnya.

"Penahanan ini atas dasar Undang-Undang ITE pasal 45 dengan ancaman hukuman enam tahun, jadi mulai hari ini dilakukan penahanan di rutan kita," ungkapnya mewakili Kapolres Pangkalpinang, AKBP Heru Budi P.

Link: http://bangka.tribunnews.com/2016/02/01/oknum-guru-penista-agama-ditetapkan-tersangka-dan-ditahan-polisi

INI SATU BUKTI LAGI, Kasus penistaan agama langsung DITAHAN !!! Tidak bebas seperti Ahok.

Seperti yang disampaikan Permadi, SH:

"Arswendo langsung ditangkap ditahan sebelum diperiksa. Lia Aminudin juga begitu. Dan puluhan orang yang dituduh melakukan penistaan agama langsung ditangkap, langsung ditahan, langsung diadili, langsung dipenjara, termasuk saya."

"Tetapi Ahok, sudah terang-terangan, nyata-nyata dinyatakan sebagai tersangka. Ahok sudah bersalah. Harus ditahan! Karena apa? Karena saya, Permadi, Arswendo, Lia Aminuddin, dan puluhan yang pernah dituduh menghina agama ditahan semua. Kenapa Ahok tidak?"

Read More »

AKOM DICOPOT KARENA VOKAL KRITIK AHOK?


[beritapublic.com] Rasanya belum cukup lama, politisi Golkar Ade Komaruddin (Akom) berani secara vokal dan terbuka mengkritisi salah seorang calon gubernur Jakarta.

Akom menilai, persatuan bangsa terlalu mahal dikorbankan hanya demi kepentingan politik di Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Ekstremnya, saya katakan, bila perlu bubarkan Pilkada Jakarta, kalau menghancurkan bangsa ini," kata Akom di Wisma DPR Kopo, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Jumat malam, 18 November 2016.

"Saya sedih kalau persatuan Indonesia dikorbankan hanya karena Pilkada Jakarta, yang kebetulan punya calon yang punya mulutnya tidak masuk kelas, tidak sekolah maksudnya. Ini bukan soal agama, kalau dilihat dari latar belakangnya, hanya kita tidak boleh sombong, mulut kita harus dijaga, dan hati kita harus baik," kata dia.

Bulan lalu, di kalangan internal DPR memang sempat berhembus isu untuk mencopot Akom dari posisi Ketua DPR, namun saat itu tidak ada alasan cukup kuat untuk mencopot Akom.

Hal ini diperkuat oleh penegasan pengamat hukum tata negara, Irmanputra Sidin, yang saat itu menyatakan tidak ada alasan untuk menggantikan Ketua DPR Ade Komarudin.

Untuk mengganti Ketua DPR menurut Irman, kalau yang bersangkutan meninggal dunia, diberhentikan atau mengundurkan diri.

"Dari ketiga syarat tersebut, tidak ada alasan untuk mengganti Ade Komarudin sebagai Ketua DPR," kata Irman, di Gedung DPR, Senayan Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2016 lalu.

Wacana politis agar Akom sapaan Ade Komarudin dicopot dari Ketua DPR dan diganti dengan Setya Novanto menurut Irman, adalah alasan subjektivitas saja.

"Akom misalnya, disuruh mundur oleh partai, itu alasan subjektivitas," tegasnya.

Untuk saat ini kata Irman, tidak ada jalan untuk memberhentikan Akom, sebab tidak ada pelanggaran yang dilakukannya.

"Kalau terjadi juga, akan berdampak kepada DPR sebagai institusi, DPR akan terus merosot citranya karena kepentingan kelompok tertentu," tutup Irman.
Read More »

Antara Ruhut Sitompul dan Fahri Hamzah, Beda Sikap SBY dan Elit PKS


Membaca keputusan ketua umum Partai Demokrat yang memberhentikan Ruhut Sitompul sebagai juru bicara Partai Demokrat (Bukan pemecatan, tapi Ruhut digeser menjadi Ketua DPP Departemen Polhukam) seolah mengingatkan tentang perjalanan kisah pemecatan Fahri Hamzah.

Antara Ruhut Sitompul dan Fahri Hamzah, sama sama seorang politisi dan sama sama sebagai seorang kader dari sebuah partai, apakah ada yang membedakan diantara keduanya?

Seorang kader dan seorang politisi dari sebuah partai politik, sebagai partai politik tentu berbicara aksi dan reaksi dalam demokrasi, dalam seni berdemokrasi unsur melihat dan mendengarkan adalah kunci.

Bagaimana sosok sang ketua umum Partai seperti Susilo Bambang Yudhoyono bersikap memutuskan sebuah keputusan terkait posisi seorang kader didalam partainya, menyelesaikan tanpa menimbulkan riak masalah kedepannya; mampu memberi sesuai porsinya.

Ini soal bagaimana sebuah partai politik belajar mengenai seni berdemokrasi; menghargai nilai dari keberadaan seorang sosok.

Karena partai politik bisa berdiri karena keberadaan sosok orang perorang dengan kapasitas dan kualitasnya masing masing, termasuk keberadaan sosok seperti Ruhut Sitompul ataupun sosok seperti Fahri Hamzah.

Tinggal bagaimana sang pemimpin partai berani bersikap menegakkan demokrasi "sesuai tempat dan porsinya"; lantas dimana kata ‘sesuai’ tersebut berada? Sesuai itu dengan "melihat" dan "mendengarkan".

Melihat tentang kontribusi dan peran sang kader dimata publik pemilih, karena dalam demokrasi hegemoni kekuatan kekuasaan tidaklah ada, yang ada adalah kemampuan untuk mengatur dan mengayomi kekuatan bersama dalam partai, menghargai bagian partai yang mampu menghasilkan suara bagi partai itu sendiri.

Mementingkan hegemoni kekuatan kekuasaan dalam sebuah partai politik bisa menjadi ‘blunder’ sebuah rezim kekuasaan; berkuasa dengan tangan besi tanpa memikirkan konsuekensi efek demokrasi dari kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan.

Dalam demokrasi ada aksi dan reaksi, tidak ada yang namanya sebuah instruksi dan perintah terpusat; karena ujungnya tak akan beda dengan sebuah rezim otoriter.

Sebuah partai politik adalah sebuah kedinamisasi pemikiran, dimana sebuah kritik dan perlawanan akan sebuah keputusan adalah hal yang sangat wajar dan pasti akan timbul, sebagai bentuk aksi dan reaksi dan dalam sebuah bingkai berdemokrasi.

Demokrasi boleh dikatakan produk bangsa barat, teapi harus diakui, mau tidak mau sebuah partai politik adalah hasil produk demokrasi itu sendiri.

Dimana satu sosok orang per orang didalam aktivitasnya dalam partai politik dilindungi undang undang dan menjadi bagian hak asasi manusia secara universal.

Lantas, apa yang menjadi ‘pembeda’ kondisi Ruhut Sitompul dan Fahri Hamzah?

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sangat bisa mengambil sikap seperti elite PKS, dengan mengambil keputusan pemecatan kepada sosok Ruhut Sitompul.

Tapi mengapa, SBY tidak mengambil keputusan seperti elite di PKS?

Satu alasan, karena SBY melihat dan mendengarkan; sebuah kunci dalam berdemokrasi di sebuah partai politik.

Hal inilah yang dihilangkan di elite PKS, kunci untuk melihat dan mendengarkan hingga pada akhirnya menghargai. Seperti yang ditulis di atas sebelumnya, seni berdemokrasi dengan partai politik sebagai jalan meraih suara kekuasaan.

SBY sangat bisa sama bahkan harusnya lebih dengan keputusan para elite di PKS, yaitu memutuskan pemecatan, karena di satu sisi ‘kewenangan’ sang ketua umum partai demokrat tersebut memiliki hak yang lebih besar dan kuat; tetapi mengapa SBY tidak melakukannya?

Karena SBY adalah seorang Negarawan yang mengambil keputusan dengan melihat demi kepentingan bangsa dan negara; karena SBY sadar Partai Demokrat adalah termasuk bagian dari partai politik di Indonesia; sosok Ruhut Sitompul bagian dari sosok yang ada di negeri ini.

Keberadaan sosok Ruhut Sitompul di Partai Demokrat adalah sebuah pilihan politik; dan SBY sadar hal tersebut; menempatkan partai politik dalam ukuran kepentingan yang lebih luas (bangsa dan negara), dan membiarkan Ruhut Sitompul tetap dalam Partai Demokrat adalah sebuah keputusan paling bijak yang SBY tempuh.

Itulah pemimpin yang sadar untuk melihat dan mendengarkan tentang kontribusi dan kualitas para kadernya; tanpa berlaku otoriter atas kekuasaan.

Ternyata memang Beda SBY dan Elite PKS dalam seni berdemokrasi; yang membedakan adalah sikap negarawan yang dimiliki. (WRJ/ADW)

Sumber: Lingkarannews


Read More »

KEJI!!! Bonus Tak Sesuai, Tontowi/Lilyana Jadi Korban Dusta Rezim Jokowi


[beritanews33.blogspot.com] Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, berhasil meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016 setelah mengalahkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu di final. Mereka menang dua set langsung, 21-14 dan 21-12. Atas prestasinya, keduanya dijanjikan bakal mendapatkan bonus sebesar Rp. 5 Miliar per orang

Belakangan diketahui, pemerintah melalui Kemenpora ternyata tak menyediakan uang sebesar Rp. 10 Miliar untuk Owi/Butet. Kemenpora hanya menyediakan uang sebesar Rp. 4,15 Miliar untuk bonus. Sisanya, sebesar Rp. 850 juta, ternyata disediakan oleh sponsor. 
Lalu Rp. 5 Miliar sisanya kemana?
Usut punya usut, ternyata bonus sebesar Rp. 5 Miliar yang awalnya dijanjikan per atlet, juga tidak dihitung per atlet, artinya pasangan yang akrab disapa Owi/Butet tersebut harus berbagi. Selain itu, uang yang tadinya dijanjikan tidak akan dipotong pajak, ternyata dipotong pajak sebesar 17 persen.
"Itu 17 persen dari Rp. 5 miliar. Kenapa 17? Karena (mereka meraih medali emas) bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan," kata Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, di kantornya, Kamis 18 Agustus 2016.
"Sekarang, kalau sepakbola dapat medali emas, berapa yang harus dibayarkan? Menurut kamu seperti apa?" tanya Imam.
Anehnya, pada hari yang sama, Imam mengungkapkan hal yang berbeda kepada Kompas. Dia berkata kalau tiap keping emas dihargai Rp. 5 miliar.
"Bagi peraih emas per satu keping Rp 5 miliar," ujar Imam.
Artinya, Owi/Butet seharusnya mendapat uang bonus Rp. 5 Miliar penuh dan tanpa dipotong pajak sepeser pun seperti yang dilansir dari Liputan6.
Demikian isi berita yang dilansir Liputan 6: 
Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir, peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 bakal mendapat bonus Rp 5 miliar per kepala dari pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Juru bicara Kemenpora, Gatot S Dewa Broto menjelaskan, dalam peraturan pemerintah, bonus baru dibagi rata bila jumlah atletnya lebih dari tiga orang dalam satu regu.
"Bonus (Olimpiade) bakal diberikan per kepala sama seperti Asian Games 2014. Ketentuan Kemenpora, seperti ini, untuk emas Asian Games kategori single akan mendapat bonus Rp 400 juta," ucap Gatot di Gedung Kemenpora, Jumat (19/8/2016).
"Kemudian, bagi pasangan ganda juga mendapat Rp 400 juta per pemain. Tapi, kalau jumlahnya tiga orang atau lebih maka dibagi secara proposional," ujarnya menambahkan.
Menariknya lagi, peraih medali di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 tidak dibebankan pajak. Di Indonesia, orang yang mendapat hadiah bakal dikenakan pajak sebesar 25 persen.
"Masalah pajak sudah disampaikan Pak Menteri (Imam Nahrawi). Pajak (hadiah medali Olimpiade 2016) ditanggung negara. Kalau kena pajak 25 persen, mereka (Tontowi/Liliyana) hanya dapat Rp 3,5 miliar, kan kasihan," kata Gatot menjelaskan.
Selain Tontowi/Liliyana, dua atlet angkat besi Indonesia, Sri Wahyuni dan Eko Yuli juga mendapat medali di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Mereka mendapat medali perak dan pemerintah menjanjikan bonus sebesar Rp 2 miliar.
Bonus Olimpiade 2016 bakal dicairkan pemerintah setelah event Paralympic Rio de Janeiro yang  digelar pasca pesta olahraga dunia Olympiade. Multi event olahraga yang dikhususkan untuk atlet difabel ini bakal berlangsung di Rio de Janeiro pada 7 hingga 18 September 2016.
Langkah pemerintah melalui Kemenpora yang secara semena-mena memotong bonus bagi peraih medali di Olympiade ini membuktikan, pemerintah Indonesia sangat gila pencitraan namun NOL BESAR dalam kenyataan.
Read More »

Bayar Bunga Utang Saja Tak Mampu, Malah Mikir Mobil Mewah Untuk Jokowi. Kita Ini Bangsa Apa?


[beritanews33.blogspot.com] Baru-baru ini, beredar kabar bahwa pihak Setneg tengah mencari dan akan membeli mobil VVIP Kepresidenan dengan nilai sebesar Rp.26.372.500.000 untuk 2 unit kendaraan. Yang berarti masing-masing punya nilai sebesar Rp.13.186.250.000.

Mana bukti dari pernyataan Jokowi tentang menghemat anggaran? Kenapa sekarang malah mau beli mobil mewah?

Kalau menyatakan penghematan, seharusnya semua dimulai dari diri pribadi Jokowi. Bukan lebih dulu melakukan amputasi anggaran pada tiap kementerian.

Pembelian mobil VVIP kepresidenan ini tentu bukan hanya pemborosan anggaran dalam APBN, tetapi juga telah merusak akal sehat publik. Pemerintah seenaknya saja beli mobil VVIP tanpa melihat pendapatan rakyat yang semakin menurun dratis, dan tambah miskin.

Apalagi diketahui, bahwa negara mempunyai bunga utang sebesar Rp. 180 Triliun yang belum bisa terbayarkan dan harus dibayar tahun ini.

Dengan bunga utang sebesar Rp. 180 Triliun, kok masih ngotot mau beli mobil mewah untuk Jokowi? Kita ini bangsa apa?
Read More »

Ahok Hobi Kambinghitamkan Pihak Lain, Netizen: Padahal Kalo Mau Ngaca, Ahoklah Kambingnya


[beritanews33.blogspot.com] Dalam berbagai pemberitaan negatif mengenai Ibukota, Ahok selalu tak mau disalahkan.

Contohnya, kawasan Istana banjir, Ahok sebut ada gulungan kulit kabel yang sengaja diletakkan oleh pihak tertentu di gorong-gorong, akibatnya got pun tersumbat. Contoh lain yang lebih nyata, dalam kasus korupsi lahan Sumber Waras, Ahok berani serang BPK. Padahal akhirnya terbukti Pemprov melakukan mark up dan mengembalikan kelebihan uang kepada negara.

Selain kulit kabel, Ahok juga sering menyalahkan Tuhan karena mengirimkan hujan deras yang mengakibatkan banjir. 

Setelah puas menyalahkan Tuhan, Ahok ganti menyalahkan pengembang atas banjir yang terjadi di kawasan MOI Kelapa Gading baru-baru ini.

Pokoknya, apapun yang terjadi, Ahok tidak pernah salah dan tidak boleh salah. Ahok lebih memilih mengkambinghitamkan pihak lain.

Kegemaran Ahok mengkambinghitamkan pihak lain ini tentu menjadi catatan tersendiri bagi para netizen. Salah satu netizen yang merasa terusik oleh hobi Ahok menyalahkan pihak lain ini, menuliskan pendapatnya bahwa Ahok sebaiknya berintrospeksi. 

"Sukanya kok cari kambing hitam... Padahal kalo mau ngaca di cermin, barangkali kelihatan tuh kambingnya..." tulis Dahlan Ahmad via Facebook.

Komentar netizen ini semestinya menjadi bahan introspeksi agar Ahok tak lagi mencitrakan diri bersih tanpa kesalahan. Sebab bagaimanapun, Ahok bukan malaikat.
Read More »

METRO NGAWUR Sebut Jokowi Presiden Pertama Kunjungi Samosir, SBY Dah 3 Kali


[beritanews33.blogspot.com] TOBA SAMOSIR - Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana hadir dalam Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba di Soposurung, Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara, Minggu (21/8/2016).

Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-71 RI tahun ini dipusatkan di Danau Toba, Sumatera Utara dengan tajuk "Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba". Acara ini berlangsung di dua tempat yakni Parapat (Simalungun) dan Balige (Toba Samosir).

Oleh METROTV kedatangan Presiden Jokowi ini diblowup sedemikian rupa dengan judul HEADLINE:

Jokowi Jadi Presiden Pertama yang Kunjungi Samosir

"Ini merupakan kunjungan pertama kalinya seorang Presiden di Tanah Samosir selama 71 tahun Indonesia merdeka," kata pembawa acara MetroTV dengan penuh semangat.

(Lihat video metro disini: http://video.metrotvnews.com/play/2016/08/21/572196/jokowi-jadi-presiden-pertama-yang-kunjungi-samosir)

Tentu klaim METROTV ini NGAWUR dan membohongi publik.

Di era media digital saat ini sangat mudah untuk membantah klaim Metro seperti itu.

Cukup anda googling akan langsung ketahuan bahwa Jokowi BUKAN presiden pertama yang berkunjung ke Tanah Samosir.

Sudah sejak Tahun 2011 sebelum orang pada kenal Jokowi, Presiden SBY sudah berkunjung ke Tanah Samosir bahkan mendapat gelar kehormatan dari pemuka adat enam puak Batak.

Kantor Berita ANTARA melaporkan:

"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono dianugerahi pakaian kebesaran adat Batak oleh pemuka adat enam puak Batak di sela peresmian Museum Batak TB Silalahi Center di Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Selasa (18/1/2011)."


Link: http://www.antaranews.com/berita/242441/presiden-dianugerahi-pakaian-kebesaran-batak

Akibat KLAIM ngawur ini, MetroTV pun dibully netizen di sosial media.

"Sampah banget sih loe min. Masih aja bikin judul beginian. Salah pula. Malas googling loe sampah," ujar akun @panca66, seorang jurnalis senior di twitternya.

"Kenapa nga sekalian loe tulis min, Samosir itu ada sejak Jokowi jadi presiden. Hahaha," lanjut @panca66.

"Selalu jadi yang pertama versi Metro TV, sayangnya sejarah gak pernah bohong. SBY tiga kali tercatat kesana," cuit akun @gatse8. 

"Shame on you @Metro_TV !!" kicau @luviku.

"Ketika tak berprestasi maka segala klaim utk pencitraan jd andalan," cuit @RomyYudi.

"Metro-Tipu ini benar2 stasiun tipi penipu..
Metro harus meralat berita ini.. ini pembohongan dan pembodohan publik yang terstruktur..
Buat Metro yang penjilat, apapun yang dilakukan Jokowi adalah jadi yang pertama..

Sayangnya, sejarah tidak bisa berbohong.. catatan sejarah tak bisa dihapus..
SBY tercatat 3x ke Sumatra Utara, ke Danau Toba selama menjadi Presiden.. Googling aja..," tutur netizen Ushaifirah Qaani.

Bukan sekali ini Metro nipu publik.

"Sebelumnya si @Metro_TV blow up Saudi pajang PRT asal RI di mall, sumbernya arrahmahnews, eh g taunya di Bahrain," ujar @arifin_alif.


Read More »

JOKOWI PRESIDEN PERTAMA YANG KUNJUNGI SAMOSIR. Mahalnya Dusta Sebuah Klaim


[beritanews33.blogspot.com] Kedatangan Jokowi ke pulau Samosir untuk membuka acara Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba ditanggapi dengan pemberitaan bahwa Jokowi adalah presiden pertama yang menginjakkan kaki di pulau Samosir. Pemberitaan ini seolah menghilangkan peran presiden sebelumnya.

Perlu diketahui, SBY sudah tiga kali membuka Festival Danau Toba. Dan lagi, ada data mengenai Presiden Soekarno menjadi PRESIDEN PERTAMA yang menjejakkan kaki di Samosir ditemani oleh H. Agus Salim.

Yang menjadi pertanyaan, apakah pada era SBY dan Soekarno ada taktik KLAIM seperti yang dilakukan oleh Jokowi?

Teknik pencitraan memang sangat butuh KLAIM. Ini usaha saya. Ini kerja saya. Pokoknya sayalah yang memiliki jasa dan nama.

Berita baik selalu diklaim sebagai milik Jokowi dengan menempatkan diri menjadi yang pertama, seolah menutupi keberadaan presiden sebelumnya dan bersikap seolah hanya Jokowilah satu-satunya Presiden di Negeri ini. Namun ironisnya, ketika ada sebuah hal negatif yang akan membuat jelek nama baiknya, buru-buru langsung mengatakan, "Ini akibat kesalahan presiden sebelumnya".

Mirisnya, tindakan pencitraan ini dikampanyekan oleh media-media yang diketahui adalah milik para pemimpin partai pendukung pemerintah.

Dusta atas klaim ini semakin membuat Jokowi tidak dipercaya oleh rakyat. Segala kebijakannya akan dicibir oleh rakyat. Segala pernyataannya akan diabaikan oleh rakyat. Segala tindak-tanduknya akan ditertawakan oleh rakyat. Inilah harga mahal yang harus dibayar Jokowi jika terus-menerus mengklaim sebuah dusta.
Read More »

Cak Alif, Sejak Kapan Sampeyan Diangkat Tuhan Sebagai Supervisor Do'a?!


Cak Alif, Sejak Kapan Sampeyan Diangkat Tuhan Sebagai Supervisor Do'a?!
[Catatan atas artikel: "Ketika Setan Pimpin Doa di Gedung MPR" oleh Alifurrahman S Asyari]

by: Tara Palasara

Salah satu fenomena menarik di era Pemerintahan Jokowi ini adalah munculnya para BUZZER di MEDIA SOSIAL yang sedemikian fanatik dan loyal dalam membela kebijakan pemerintah.

Banyak rumor yang menyatakan bahwa para buzzer itu memperoleh bayaran (setidaknya mendapat dukungan dana) atas aktivitas yang dilakukannya. wallahua'lam.

Tapi adalah sebuah fakta bahwa Pak Jokowi sendiri memang ada kesan "memelihara" para buzzer, terbukti dengan diundangnya Netizen dari berbagai jenis media sosial seperti Facebooker, Youtuber, Seleb Twit dan Kompasioner UNTUK MAKAN SIANG DI ISTANA.

Dari penelusuran singkat atas akun-akun milik para buzzer, SEMUANYA ADALAH PENDUKUNG BERAT Pak Jokowi yang itu ditunjukkan dengan "buah karyanya" (kicauan, status, artikel, video) YANG RELATIF MEMBELA HABIS-HABISAN Pak Jokowi dan Kebijakannya.

Yang memiriskan hati adalah ternyata memang tidak ada batasan jelas, buzzer yang gimana yang diundang di istana, terbukti ada akun-akun yang status-statusnya adalah AJS = Asal Jokowi Senang (minim data, minim fakta) bahkan ada yang pernah sampai memelintir Hadits Nabi (guna mendukung status pembelaannya kepada Pak Jokowi) tapi juga di undang ke Istana. Apakah itu sebagai "upah" kepada yang bersangkutan karena getol membela Pak Jokowi di media sosial??? entahlah :)

Dan termasuk juga Saudara Alifurrahman S Asyari.

Yang bersangkutan nyaris pernah debat dengan saya di sebuah lapak tentang Hutang Pemerintah Indonesia, namun berujung kepada pemblokiran. Dengan gagah berani dia memblokir saya, kemudian berkoar-koar di lapaknya bahwa dia menang atas saya, he.he..he... Lhoh, tapi kenapa nyaris? iya... nyaris berdebat karena perdebatan itu tidak pernah terjadi... dalam beberapa komentarnya, dia hanya mengumbar kata "celaan" seperti SAPI, KUDA, dll... (yang itu memang kerap ditujukan kepada para kritikus Pemerintah Jokowi, padahal saya sendiri bukan kader Partai PKS atau Partai Gerindra yang kerap dibully dengan kata-kata sapi dan kuda).

Sdr. Alif yang mengklaim dirinya sebagai Analyst dan Pemikir ini adalah termasuk salah satu netizen yang paling rajin dan getol membuat status pembelaan kepada Pak Jokowi. Hampir untuk setiap kebijakan pemerintah Jokowi yang menjadi perbincangan publik, dia pasti tampil di garda terdepan guna memberi penjelasan/pembelaan. Kadang saya mikir... kok ngalah-ngalahi Menseskab Pramono Anung, Mensesneg Pratikno dan Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi ya? he.he.. :D seiring dgn maraknya pengangkatan Duta-Duta dari sosok kontroversial (Duta Pancasila - Zaskia Gothic dll), mudah-mudahan Saudara Alif diangkat menjadi Duta Media Sosial :)

SAYANGNYA....

Sayangnya, acapkali Sdr. Alif ini bertindak melampaui batas yaitu apa yang ditulisnya sangat kontras jika dibanding dengan pengakuannya yang seorang analyst dan pemikir. Beberapa tulisannya terbukti asbun = asal bunyi! Apalagi kegemarannya mencantumkan kalimat "menurut informan seword" seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya mempunyai akses informasi A1 dari Ring 1 Istana atau beberapa tokoh sentral lain sebagai upaya branding atas dirinya bahwa dirinya hebat karena mempunyai kedekatan dengan Orang-Orang Penting di Republik Ini. NOTE: Seword adalah situs web yang dia kelola sebagai corong pembelaan pemerintah.

Yang kemudian menjadi fatal adalah tidak sekali dua kali, artikel/status dari Sdr. Alif (yang diantaranya mencantumkan keterangan dari "informan seword") itu salah total (bahkan menyesatkan) dan puncak dari keblingeran adalah kok bisa-bisanya (beberapa) artikel asbun itu dipercaya dan dishare oleh follower yang bersangkutan. Catatan: biasakan untuk menelaah terlebih dahulu status sebelum mempercayai hingga men- sharenya, pun itu status-status saya, tks.

Satu contoh artikel salah kaprah dari Sdr. Alif adalah tentang kewarganegaraan Archandra Thahar sebagai berikut:

Membantah Isu Menteri Archandra Warga Negara Amerika
http://seword.com/politik/membantah-menteri-archandra-warga-negara-amerika/

TERBUKTI bahwa Archandra Tahar dicopot dari jabatannya dan Kemenkumham akan segera memproses kewarganegaraan Pak AT.

Kemenkumham Urus Mekanisme Status Kewarganegaraan Arcandra
http://nasional.kompas.com/read/2016/08/17/14170341/kemenkumham.urus.mekanisme.status.kewarganegaraan.arcandra

YANG MENYEDIHKAN ADALAH...

Yang menyedihkan adalah, sudah beberapa kali melakukan tindakan blunder dan memalukan, bukannya membuat Sdr. Alif mawas diri untuk kemudian memperbaiki kwalitas atikel/statusnya... TETAPI SEMAKIN LIAR dan MEMBABI BUTA terhadap peristiwa yang dia anggap berseberangan dengan Pemerintah Jokowi.

YANG TERBARU serta FENOMENAL...

Yang terbaru serta fenomenal dan membuatnya terkenal di seantero jagad medsos adalah artikelnya yang berjudul:

Ketika Setan Pimpin Doa di Gedung MPR
http://seword.com/umum/ketika-setan-pimpin-doa-di-gedung-mpr/

Note: saya turut bantu agar ybs. makin kokoh ketenarannya, dengan demikian semoga bisa tampil terkesan lebih heroik dalam membela Pak Jokowi. Silahkan klik situsnya :D

ATAS ARTIKEL DI ATAS, saya tertegun dan penasaran, sejak kapan Saudara Alif diangkat oleh Tuhan sebagai supervisor atas do'a yang dipanjatkan oleh hambaNYA, sehingga kok sampai berani-beraninya lancang memberi label bahwa yang memimpin do'a di Gedung DPR/MPR kemarin dulu adalah Setan???! Siapa yang menandatangani Surat Keputusan (SK) Supervisor Do'a atas diri Sdr. Alifurrahman S Asyari???! mudah2an tidak muncul klaim bahwa yang tanda tangan SK adalah Malaikat Jibril dan diketahui oleh Tuhan...

Do'a itu adalah ranah ilahiyah sebagai materi komunikasi vertikal antara hamba dengan Sang Khaliq. Dalam Al Qur'an dan Hadits memang terdapat tuntunan adab mengenai do'a, akan tetapi tidak pernah ada klausula yang memberi kewenangan kepada hamba untuk memberikan stigma kepada sesamanya (sesama hamba) atas do'a yang dipanjatkan.

Bahwa, Sdr. Alif ingin memberikan catatan atas peristiwa (berdo'a) itu ya boleh-boleh saja apalagi do'a itu dipanjatkan dalam acara kenegaraan (domain publik), akan tetapi tidak lantas bisa seenak-enaknya menghujat bahwa yang memimpin do'a adalah setan.

Penegasan: dalam artikel, setan ditulis secara lugas tanpa ada tanda petik (") itu menunjukkan maksud yang sebenarnya, bukan makna kias.

Apalagi karena ini masuk kedalam tema agama, AYAT QUR'AN MANA dan HADITS NABI MANA YANG DIJADIKAN RUJUKAN UNTUK MENDUKUNG KELANCANGAN Sdr. ALIF? Saya tidak menemukan kutipan di artikelnya.

Saya sendiri setelah sekilas membaca transkrip do'a yang dibaca oleh Bp Muhammad Syafi'i, tidak ada menemukan kesalahan, apalagi jelas-jelas do'a tersebut tidak menyebut nama Pak Jokowi yang itu bisa diartikan sudah memberikan stigma. Bahwa do'a tersebut kurang afdhol.. atau kurang layak.. wallahua'lam, saya tidak ingin masuk kedalam perdebatan itu karena akan menjadi sangat subyektif sekali.

Dan catatan terakhir saya terhadap Sdr. Alif adalah ambiguitas yang sangat kontradiktif dalam artikelnya.

Disatu bagian dia menyebutkan bahwa:

"Dalam Islam, mengeluh kepada Tuhan itu dibolehkan. Berdoa sambil mengeluh atau sebaliknya juga ada yang membolehkan"

TETAPI di bagian lain dia menulis:

"Satu faktor yang membuat saya menyebut ini tidak layak disebut doa karena 80% materi yang diucapkan adalah keluhan, bukan doa atau permintaan"

Gubrakkk... ! Yang bersangkutan sendiri yang menyebutkan bahwa dalam Islam mengeluh kepada Tuhan itu boleh, TAPI KOK berani-beraninya dia membuat fatwa bahwa do'a Pak Syafi'i itu tidak layak disebut sebagai do'a karena 80 % materi adalah keluhan.... Anda sehat, Cak Alif?

Sepertinya, Pak Jokowi memang perlu untuk mengundang lagi Sdr. Alif ini, makan siang ke Istana biar kepakarannya pulih kembali. ATAU barangkali mau saya antar untuk piknik guna refreshing??? Nanti kita bawa air putih yang banyak :)

PENUTUP: berekspresi itu adalah hak setiap warga negara termasuk berkepresi di media sosial. Dalam hal ekspresi pembelaan kepada pemerintahan yang sedang berkuasa, tak perlulah sebegitu lebay dan membabibuta. Nalar, akal sehat dan hati nurani tetep mesti digunakan!

*Sumber: fb Tara Palasara


Read More »

Astaghfirullah... Indonesia Salah Urus, Rp 210 Triliun Hanya untuk Bayar Bunga Utang!


RI Gelontorkan Rp 210 Triliun Hanya untuk Bayar Bunga Utang Tahun Depan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengakui penarikan utang yang dilakukan tidak seluruhnya digunakan untuk keperluan produktif. Sebagain dari utang itu justru digunakan untuk membayar bunga utang sebelumnya yang sudah jatuh tempo.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (PPR) Kementerian Keuangan Robert Pakpahan menuturkan, bunga utang akan melonjak pada tahun depan.

"Kurang lebih sekitar Rp 210 triliun lah pembayaran bunga utang tahun depan," ujar Robert di Jakarta, Rabu (17/8/2016).

Bila dibandingkan, pembayaran bunga utang yang jatuh tempo pada 2017 lebih besar Rp 30 triliun dari bunga utang 2016 yang ada dikisaran Rp 180 triliun. Total utang pemerintah sendiri kata Robert sekitar Rp 3.400 triliun.

Sedangkan berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, utang pemerintah sebesar Rp 3.362 triliun per Juni 2016. Perkiraan rata-rata tingkat bunga utang yang dibayarkan pemerintah yakni 5,2 persen.

Bila melihat data 5 tahun terakhir, utang pemerintah mengalami lonjakan cukup signifikan. Pada 2011 misalnya, total utang pemerintah sebesar Rp 1.808 triliun.

Setelah itu, lonjakan utang terus terjadi dari menjadi Rp 1.977 triliun pada 2012, Rp 2.375 triliun pada 2013, Rp 2.608 triliun pada 2014, dan Rp 3.362 pada 2015.

Link: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/08/18/113000826/RI.Gelontorkan.Rp.210.Triliun.Hanya.untuk.Bayar.Bunga.Utang.Tahun.Depan

***

Astaghfirullah...
Bangsa ini kerja keras, banting tulang bayar pajak... kerja, kerja, kerja.. ternyata hanya untuk bayar bunga hutang rezim yang boros dan nggak becus ngurus Negara ini...

210 TRILLIUN untuk bayar BUNGA HUTANG untuk 2017 yang sudah jatuh tempo..
Ini sudah MirisBangeeet‬.....

Negara kaya raya dengan kekayaan alam yang luar biasa anugerah Tuhan tapi salah urus... Amatiran.

Kita baru saja merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-71, tapi ternyata kondisi sebenarnya negeri ini belum "merdeka".

Kita lepas dari penjajahan fisik kolonial, namun sekarang berganti penjajahan "utang" karena tak mensyukuri nikmat kemerdekaan.

Kekayaan alam hanya jadi bancakan. Dikuasai asing. Dikuasai #PapaMintaSaham.

Padahal seperti yang dinyatakan oleh mantan Menko Rizal Ramli (yang kemudian dipecat) dan juga disampaikan Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) Ladjiman Damanik bahwa seandainya pemerintah berani ambil alih Freeport dan tidak memperpanjang izinnya maka hasil dari Freeport cukup untuk membayar utang Indonesia.


Read More »

Katanya, Tak Ada Lagi Banjir dan Penggusuran di Jakarta


[beritanews33.blogspot.com] Sejak Jokowi menerima amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta tahun 2012, Jakarta tidak pernah lagi banjir.

Jokowi dan media pendukungnya menggunakan istilah "GENANGAN" untuk menggantikan kata "BANJIR". Tak peduli luapan air tersebut berketinggian sejengkal, sebetis, sepaha, sepinggang, sedada, atau lebih tinggi dari kepala, semua disebut genangan bukan banjir.

Warisan istilah "GENANGAN" ini diterima dan dilanjutkan dengan baik oleh Ahok. Maka, sebenarnya agak lucu jika warga Jakarta dan publik selalu ribut soal banjir saat hujan mengguyur Jakarta. Lucu karena, sejak 2012 mereka sudah memahami bahwa di Jakarta tidak ada banjir, adanya genangan.

Kini, Ahok dan media pendukungnya memperkenalkan istilah baru. Jika sebelumnya publik dihebohkan dengan "PENGGUSURAN", maka mulai kini tak akan ada lagi penggusuran di Jakarta. Adanya "PEMINDAHAN".

Sebenarnya, menggusur dengan memindah memiliki dua arti berbeda. Maka jika Ahok mengklaim tidak menggusur tetapi memindahkan, maka seharusnya yang terjadi adalah, seluruh warga yang digusur menempati lokasi baru. Itulah makna "MEMINDAHKAN".

Yang kerap terjadi pasca penggusuran, warga tak memiliki rumah, Jadi sejatinya, "PENGGUSURAN" bukanlah "PEMINDAHAN".

Upaya eufemisme yang dilakukan oleh baik Jokowi maupun Ahok bukanlah trik sembarangan. Mereka membayar mahal konsultan media untuk memperhalus peristiwa besar yang terkadang keji menjadi seolah-olah hal biasa dan lumrah.

Mengapa media pendukung Jokowi dan Ahok tega membodohi publik?

Eufemisme terhadap banjir dan penggusuran adalah pelecehan terhadap kecerdasan publik. Apalagi pembodohan dan pelecehan ini berujung pada setumpuk uang.

Seorang rekan jurnalis, Riman Wahyudi menggugat eufemisme ini.

"Banjir 3 meter, ya 3 meter. Jangan dibilang genangan. Itu banjir, bukan genangan," tulis Riman Sabtu lalu 20 Agustus 2016.

Begitu pula dengan proses penggusuran yang terjadi di berbagai tempat di Jakarta. Pemprov DKI selalu mengklaim bahwa yang mereka lakukan adalah merelokasi, bukan menggusur. Faktanya lokasi yang disediakan kerap tidak cukup untuk menampung seluruh warga dan jauh dari lokasi awal. Sehingga menimbulkan berbagai persoalan baru bagi warga yang tergusur.

Sampai kapan dusta ini akan terus dijalani oleh para pemimpin di negri ini?
Read More »

MIGRASI POLITIK


MIGRASI POLITIK

Jika Trump terpilih sebagai presiden Amerika sejumlah artis top Amerika berniat hengkang dari negaranya. Ada yang jelas menyebut nama negaranya. Samuel L Jackson berniat pindah ke Afrika Selatan, Eddie Griffin ke Afrika, entah Afrika yang mana, Raven-Symone akan memboyong keluarga ke Kanada. Ada juga yang bingung mau pindah kemana seperti Miley Cirus, Whoopi Goldberg, George Lopez, Al Sharpton. Ada juga yang agak ekstrim. Jon Stewart akan pindah ke planet lain, Cher akan ke planet Jupiter.

Di sini juga ada. Jika Ahok terpilih jadi gubernur DKI, Ahmad Dhani berniat pindah ke Bekasi. Fenomena migrasi politik ini mestinya bisa difasilitasi oleh orang-orang yang gemar mengusir saudaranya sebangsa dan setanah air ke luar negeri.

Sering kita baca
“Pindah ke Amerika aje lu..”
“Pindah aje ke Arab berteman dengan onta..”
“Orang begini mestinya dipindahin ke Turki saja..”

Tapi karena omong doang, nggak beliin rumah di negara sono, plus ngasih ongkos pindah, ya nggak pernah terealisasi. Pindah antar RT saja perlu biaya, apalagi ke luar negeri. Mestinya kalau mau ngusir ya manusiawi sedikitlah. Misalnya siapkan rumah di tepi selat Bosporus Turki, sekalian isi rumahnya, syukur-syukur ongkos kepindahannya ditanggung panitia usir masal. Nah, kalau gitu saya daftar pertama deh.

(Balya Nur)

Read More »

Jenderal Suryo Prabowo Masuk “Daftar Hitam”, Singapura Lakukan “Test The Water”


[CATATAN TENGAH, Minggu 21 Agustus 2016]

Jenderal Prabowo Masuk “Daftar Hitam”
Singapura Lakukan “Test The Water”

Oleh: Derek Manangka*

Ketika bulan Juni lalu otoritas Singapura melarang Teman Ahok masuk ke negara pulau itu, persoalannya lebih terkesan sebagai sebuah sensasi. Atau Teman Ahok sedang mencari “sensasi”.

Dan dari segi pencitraan, pencekalan oleh Singapura itu justru positif bagi Teman Ahok. Apalagi setelah terjadi kegaduhan sedikit, pencekalan itu tidak meninggalkan persoalan serius. Misalnya Teman Ahok dipenjara oleh otoritas Singapura lalu berakibat nama baik Teman Ahok tercoreng di Indonesia.

Kebetulan, Teman Ahok bukanlah figur yang punya pengaruh apa-apa dalam percaturan politik Indonesia.

Lebih dari itu acara yang mereka hadiri di Singapura bukanlah sebuah peristiwa super penting. Bahkan kalaupun mereka ditahan atau dipenjara oleh pemerintah Singapura, dari kantong rahasia mereka tak akan terungkap sebuah dokumen super penting yang sangat bermanfaat bagi Singapura.

Tapi ketika 16 Agustus baru lalu, Singapura mencekal Letjen (purnawirawan) Suryo Prabowo, persoalannya jadi lain. Sebab Suryo Prabowo tidak dalam rangka mengadakan perjalanan ke Singapura. Dia hanya transit, menuju pulang ke tanah air.

Pencekalan ini bisa ditafsirkan sebagai sebuah pelecehan. Selain itu pencekalan tersebut juga bisa sangat tidak manusiawi.

Sebab apa yang akan terjadi bila saat itu Suryo Prabowo memerlukan pertolongan medis? Dan pertolongan itu hanya bisa dilakukan di wilayah Singapura.

Pencekalan itu menjadi sesuatu yang mengejutkan sekaligus menimbulkan tanda tanya besar. Ada apa gerangan?

Tanda tanya tidak akan muncul apabila Suryo Prabowo hendak menghadiri sebuah acara di negara pulau itu. Berarti Surya Prabowo sosok WNI yang bermasalah serius dengan Singapura. Berarti Singapura memang sudah menetapkan Suryo Prabowo sebagai WNI yang bermasalah.

Tapi kejadiannya tidak seperti itu. Pensiunan jenderal itu hanya transit, hanya singgah untuk ganti pesawat. Dan itu dibuktikan dengan boarding pass – sebagaimana yang dia posting di time line facebooknya.

Lantas timbul pertanyaan apa saja persoalan yang dibuat Suryo Prabowo bagi Singapura, sehingga persoalannya menjadi sangat serius? Kembali untuk kedua kalinya timbul pertanyaan.

Sejauh ini, sepanjang pengamatan sekilas, belum pernah terdengar bahwa Surya Prabowo menyerang Singapura.

Kalau saya yang dicekal Singapura, mungkin masih masuk akal. Sebab bukan sekali dua kali saya menulis artikel yang mengkritisi kebijakan Singapura. Dimana akibat tulisan saya, seorang diplomat Singapura merasa perlu minta bertemu dan sekaligus mencari jawaban dari saya - apa yang melatar belakangi pemikiran saya sehingga lahirlah tulisan saya yang mengkritisi Singapura.

Sementara Suryo Prabowo, tidak demikian. Sehingga dari sudut ini, rasa-rasanya tidak pantas bagi Singapura mencekal Suryo Ptrabowo - apalagi yang bersangkutan hanya melakukan transit.

Sejauh yang bisa dipahami, Suryo Prabowo memang sangat vokal terhadap Gubernur DKI Jaya.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Di mata Suryo Prabowo, jika Ahok menjadi Gubernur DKI Jaya dalam Pilkada 2017, justru hal ini dapat menimbulkan situasi politik yang tidak kondusif. Dan pernyataan Suryo Prabowo yang bersifat menyerang Basuki Tjahaja Purnama, terkesan sangat sistmatis.

Tapi Surya Prabowo menyerang Ahok, bukan tanpa dasar. Selain kritikan atau serangannya terhadap Ahok disertai data, Surya Prabowo bukanlah orang asing bagi warga Jakarta ataupun pemerintah Indonesia.

Suryo Prabowo merupakan bekas Panglima Kodam Jakarta Raya.

Secara implisit Surya Prabowo menilai, kalau Ahok menjadi Gubernur Jakarta maka yang dia prediksi, ibukota NKRI ini bakal dilanda sentiment rasialis seperti yang terjadi di tahun 1998. Dan timbulnya sentimen rasialis, terjadi karena sikap Ahok yang sejak menjadi Gubernur sering mengeluarkan pernyataan yang tidak berkualitas.

Hanya saja akibat dari sikapnya tersebut, Suryo Prabowo yang dikenal sebagai salah seorang “Teman Dekat Probowo Subianto”, dianggap lebih menyuarakan sikap subyektif dan kepartisannya. Suryo Prabowo mencerminkan sikap Partai Gerindra. Partai yang di tahun 2012 mendukung Ahok jadi Wakil Gubernur.

Tapi okey-lah jika memang Suryo Prabowo memiliki sikap seperti itu. Lalu apa sikapnya yang anti-Ahok itu juga bisa diartikan sebagai sikap anti-Singapura? Tentu saja atau semestinya, tidak demikian bukan?

Nah persoalannya menjadi lain kalau Singapura diam-diam menjadi pendukung Ahok. Jika demikian keadaannya maka pencekalan Suryo Prabowo itu bisa disederhanakan. Yaitu sebetulnya Singapura sangat berkepentingan agar Ahok tidak boleh diganggu oleh siapa-siapa.

Atau bisa berarti, Singapura merupakan negara asing yang berkepentingan agar Ahok terpilih kembali sebagai Gubernur DKI Jakarta. Atau Singapura juga mungkin bagian dari Tim Sukses Ahok.
Tentu saja tidak ada larangan bagi pihak manapun untuk mendukung Ahok. Karena Ahok merupakan WNI, dukungan dari negara asingpun, tak perlu menjadi sebuah persoalan.

Pencekalan terhadap Suryo Prabowo itu sendiri, tidak harus kita lihat sebagai bagian dari kebijakan Singapura mendukung Ahok. Tapi lebih kita lihat sebagai persoalan yang menyangkut nama baik seorang bekas petinggi militer yang pernah menduduki posisi-posisi penting di lembaga resmi pemerintah.

Sebab di sini terlihat perlakuan Singapura yang diskriminatif dan bersifat rasialis.

Untuk seorang Suryo Prabowo yang tidak kita tidak tahu apa dosanya bagi Singapura, oleh pemerintah Singapura diam-diam dilakukan pencekalan.

Sementara untuk sejumlah konglomerat keturunan Tionghoa yang jelas-jelas melarikan uang dari Indonesia ke Singapura, diberikan perlindungan ekstra kuat oleh otoritas setempat.

Perlakuan diskriminatif ini sesungguhnya cukup menyepelekan Indonesia. Sebab jelas sekali pemerintah sudah memasukkan beberapa nama di antara mereka dalam “Daftar Hitam”. Tapi oleh Singapura mereka dijadikan warga istimewa.

Latar belakang Suryo Prabowo misalnya pernah menjabat Panglima Kodam Bukit Barisan dan Panglima Kodam Jakarta Raya, bolehlah tidak penting bagi Singapura. Walaupun bagi Indonesia dua pos dan posisi itu cukup menunjukkan bahwa Surya Prabowo merupakan seorang sosok yang cukup dikenal rekam jejak dan reputasinya.

Oleh sebab itu bagi Indonesia, dengan Singapura mencekal seorang Suryo Prabowo tapi memberi karpet merah kepada para konglomerat hitam, merupakan sebuah sikap yang tidak kooperatif.

Masuk akalkah Singapura melindungi seorang atau beberapa maling yang melakukan pencurian di Indonesia?

Peristiwa pencekalan Suryo Prabowo, perlu diangkat ke peninjauan hubungan diplomatik kedua negara. Kita butuh Singapura sebagai sahabat. Tapi negara ini juga harus bersikap resiprokal.

Pejambon tidak pantas melihat persoalan ini sebagai sebuah kekeliruan tak disengaja apalagi mengangapnya sebagai hal yang sepele.

Karena beberapa waktu lalu, Adnan Buyung Nasution (almarhum), juga pernah dicekal otoritas Singapura. Pencekalan terhadap pengacara senior itu hingga sekarang tidak jelas apa yang menjadi alasannya.

Yang pasti ketika itu, Adnan Buyung belum lema melepas statusnya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Saat itu Indonesia dipimpin SBY.

Tentu saja kalaupun Singapura meneruskan pencekalan kepada setiap WNI, hal tersebut merupakan hak prerogative negara itu. Hak yang tidak bisa kita gugat.

Dan kalaupun seluruh WNI dilarang Singapura masuk ke negara tersebut, Indonesia tidak akan mengalami kerugian.

Tapi kejadian pencekalan ini tidak bisa didiamkan begitu saja. Sikap Singapura harus dilihat sebagai sikap yang menciderai persahabatan ASEAN. Sikap itu menunjukkan Singapura sudah semakin jelas sebagai sahabat yang arogan.

Sikap Singapura meniru Israel. Negara kecil yang merasa paling kuat di antara semua negara besar di seluruh kawasan Timur Tengah. Mungkin Singapura sedang melakukan “test the water” kepada Indonesia. Mau melihat sejauh mana keberanian atau reaksi Indonesia.

Bukan mustahil, setelah “test the water” ini danggap berhasil, Singapura akan menyusul dengan aksi lain yang lebih ofensif.*

__
*Sumber: fb

Read More »

Inilah yang Tersembunyi di Balik Arcandragate

Sumber foto: Detik fotum

[beritanews33.blogspot.com] Fenomena Arcanda Tahar  ternyata berujung desakan perubahan UU Kewargaanegaraan, sementara itu, Badan Cyber Nasional berhasil dibentuk pada bulan Agustus 2016 ini tanpa banyak terekspos media.

Arcandra direkrut oleh orang dekat Jokowi. Sekali lagi, mustahil Jokowi tidak tahu. mengenai dwi warganegara yang disandang Arcandra.

Di satu sisi, polemik Arcandra membawa manfaat munculnya celah wacana revisi UU Kewarganegaraan. Hal ini diperkuat pernyataan Jokowi yang ingin memanggil pulang para profesor diaspora. Celah ini juga yang kelak akan dimanfaatkan untuk mempermudah prosedur  peralihan kewarganegaraan bagi TKA, asal dari negara manapun.

Jika UU Kewarganegaraan telah direvisi untuk mempermudah proses naturaisasi, bisa dibayangkan aa jadinya negara ini bila jutaan TKA masuk ke Indonesia dan berganti menjadi WNI dengan segala hak dan kewajibannya termasuk hak pilih saat pemilukada dan pilpres mendatang.

Tak percaya bahwa negara tega mengobarkabrik perundang-undangan untuk kepentingan pihak tertentu? Lihat saja, Arcandra menjadi WNI kembali prosesnya hanya seminggu | Negara melakukan pelanggaran UU Nomor 12 tahun 2006.

Padahal, untuk mengajukan proses naturalisasi, seseorang sudah bertempat tinggal di Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut  atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut. Adakah tekanan dari asing kepada negara untuk kasus Arcandra Tahar?

Kabar yang berhembus Arcandra akan menjadi staf khusus presiden. Indikasinya, Jokowi tolak menteri dari parpol.

Sementara publik dan DPR dibuat repot oleh Arcandragate, BIN dibekali banyak CPU canggih. Badan Cyber Nasional segera beroperasi. Dengan BIN yang segera digawangi Budi Gunawan, BSN akan segera menjadi kaki tangan pembungkam suara warga di dunia maya.

Tidak ada yang kebetulan. Semua sudah terencana dengan rapi. Dan sekali lagi, Jokowi tak sepolos seperti yang publik lihat.
Read More »

BANJIR JAKARTA & KESOMBONGAN GUBERNUR YANG TERBUNGKAM


[beritanews33.blogspot.com] JAKARTA - Buktikan DKI tahan banjir, Ahok 'tantang' diberi hujan lebat 2 jam

Merdeka.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berani sesumbar wilayahnya kini tahan terhadap banjir setelah beberapa kali Jakarta diguyur hujan deras. Dia bahkan 'menantang' agar Jakarta diguyur hujan lebat selama dua jam penuh guna memastikan program penanggulangan banjir miliknya.

(Link: http://www.merdeka.com/jakarta/buktikan-tahan-banjir-ahok-tantang-diberikan-hujan-lebat-2-jam.html)

Ini berita tahun lalu, tentang Ahok sebagai contoh pemimpin zolim dan sombong, ingat kesombongan itu hanya milik Tuhan..

Lalu bagaimana dengan hujan kemarin yang telah membuat Jakarta Banjir dimana-mana....?

Hujan Deras Tadi Malam, Sebagian Jakarta Dilanda Banjir

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah ibu kota menyebabkan genangan hingga banjir di beberapa titik.

Berdasarkan twitter @BPBDJakarta, genangan terjadi di delapan titik.

1. Pukul 21.33 WIB, Jalan Bahari RT 10/07, Kelurahan Gandaria Selatan, tergenang 10-40 cm

2. Pukul 21.36 WIB, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan tergenang 10-30 cm

3. Pukul 21.38 WIB, Jalan Letjen S Parman depan Untar Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat tergenang 10-20 cm

4. Pukul 21.42 WIB, Jalan H. Montong, Kecamatan Ciganjur tergenang 10-30 cm;

5. Pukul 21.51 WIB, Jalan Kedoya Raya, Jakarta Barat tergenang 10-30 cm;

6. Pukul 21.53 WIB, Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, tergenang 10-30 cm

7. Pukul 22.08 WIB, Jalan Kapuk Raya Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat tergenang 20-30 cm

8. Pukul 22.12 WIB, Jalan Karet Pasar Baru Timur, Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat tergenang 20-30 cm.

Banjir

1. Pukul 20.38 WIB, Jalan Jagakarsa 2 Gang H Masmun belakang TPU, Jakarta Selatan, terendam banjir setinggi 40 sentimeter. Sebanyak 30 rumah warga terendam

2. Pukul 21.13 WIB, banjir setinggi 50-100 sentimeter merendam RW 03, Kelurahan Wijaya Kesuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat;

3. Pukul 21.42 WIB, banjir setinggi 50-120 sentimeter merendam RT 13, 12, 11, 8, 5, dan 2 RW di Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan;

4. Pukul 21.49 WIB, banjir setinggi 10-70 sentimeter merendam RT 06/07, Pondok Labu, Jakarta Selatan;

5. Pukul 21.57 WIB, banjir merendam RW 09 Kelurahan Kramat Pela, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

(link: http://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/20/05441331/hujan.deras.tadi.malam.sebagian.jakarta.dilanda.banjir)

Sungguh pemimpin yang sombong, apalagi sombong terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa... benar-benar kesombongannya akan dibungkam.

Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah Ta’ala berfirman:

اَلْعَظَمَةُ إِزَارِيْ وَالْكِبْرِيَآءُ رِدَآئِيْ فَمَنْ نَازَعَنِيْ فِيْهِمَا قَصَمْتُهُ

"Keagungan adalah pakaian-Ku dan kesombongan adalah selendang-Ku, barang siapa menentang-Ku dalam keduanya, maka akan Kubinasakan dia." (HR Hakim)

Namun sedihnya, bukan hanya si pemimpin sombong yang akan kena teguran Tuhan, rakyatnya juga ikut menanggung.

Semoga tahun depan Allah berikan DKI Jakarta pemimpin yang sholih, santun, rendah diri, dan amanah mampu mensejahterakan rakyatnya.

Jangan sampai salah pilih pemimpin, karena rakyat lah yang akan menanggung akibatnya.


Read More »

Yusril: Presiden Amatiran, Kapan Rakyat Sadar Negara Ini Seharusnya Dipimpin Yang Ngerti Ngurus Negara?


[beritanews33.blogspot.com] Presiden Joko Widodo akhirnya memberhentikan dengan hormat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar, Senin (15/8/2016) malam, yang baru dilantik Jokowi 20 hari lalu.

Pencopotan ini menyusul isu dwi-kewarganegaraan yang dimiliki Arcandra.

Jokowi yang gagah saat melantik sang menteri, tapi saat mencopot tak tampil sendiri dan diserahkan pada bawahannya.

"Menyikapi status kewarganegaraan Menteri ESDM, setelah mendengar dari berbagai sumber, Presiden memutuskan untuk memberhentikan dengan hormat Saudara Arcandra Tahar dari posisi Menteri ESDM," ujar Menteri Sekretaris Negara Pratikno dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Senin malam.

Mensikapi hal ini, pakar hukum tata negara Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc. menyebut kisruh ini akibat Presiden yang amatiran sehingga berakibat negara menjadi tertawaan dunia.

Melalui jejaring media sosial twitter, mantan Menkumham dan Menteri Sekretaris Negara ini menyampaikan:

"Presiden sampai salah mengangkat menteri yang ternyata telah kehilangan status WNInya adalah tindakan yg memalukan."

"Presiden Jokowi harusnya bertanya kepada dirinya sendiri apakah beliau mampu mengurus negara ini dengan benar sesuai amanat konstitusi."

"Jangan biarkan negara ini amburadul, jadi bahan olok2 dan tertawaan bangsa2 lain. Kita harus punya harga diri."

"Kapan sih rakyat negeri ini akan sadar bahwa negara seharusnya dipimpin orang yg mengerti ngurusi negara, bukan amatiran melulu?"

Begitulah kalau kepemimpinan diserahkan bukan pada ahlinya....

Junjungan kita Nabi Muhammad SAW telah mewanti-wanti:

إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

“Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR. BUKHARI – 6015)


Read More »

Pakar Hukum: Sempurna Sudah Presiden Melanggar Sumpah Jabatannya


[beritanews33.blogspot.com] Pengamat hukum tata negara Margarito Kamis mengatakan pencopotan Arcandra Tahar dari jabatan Menteri ESDM oleh Presiden Joko Widodo sekaligus menjadi bukti bahwa memang sudah terjadi pelanggaran undang-undang (UU).

“Sempurna sudah presiden melanggar sumpah jabatannya karena telah terbukti melanggar UU dengan cara mengangkat orang asing menjadi menteri dan 20 hari sesudah dilantik jadi Menteri ESDM dicopotnya lagi,” kata Margarito, Senin (15/8).

Karena presiden sudah melanggar UU dengan alat bukti dicopotnya kembali Archandra dari jabatan Menteri ESDM lanjutnya, sebetulnya DPR sudah boleh memulai proses pemakzulan.

Tapi Dosen Universitas Al Khairun Ternate itu pesimistis DPR bisa memulai proses pemakzulan sebab nyaris semua fraksi di DPR bergabung dengan pemerintah. Hanya tersisa dua partai oposisi, PKS dan Gerindra.

“Anda bisa bayangkan, dari sembilan fraksi di DPR, hanya dua yang berada di luar pemerintahan. Akibatnya hal-hal yang serius menjadi ecek-ecek dan masalah ecek-ecek jadi fundamental,” tegasnya.

Satu-satunya jalan agar tidak melanggar UU lagi, Margarito menyarankan pemerintah untuk bertobat. Archandra menurut dia, tidak salah karena dia orang asing.

“Bertobatlah agar mengurus negara ini tidak salah lagi dan sekarang pula saatnya bagi pemerintah untuk mengukur diri, apa masih sanggup mengurus Negara. Kalau tidak sanggup, serahkan jabatan,” sarannya seperti dilansir JPNN.

Perlu diingat inilah Sumpah Jokowi saat dilantik menjadi Presiden RI ke-7 pada Senin 20 Oktober 2014 di gedung MPR:

"Bismillahirrahmanirohim. Demi Allah saya akan memenuhi kewajiban sebagai Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Memegang teguh UUD 1945, menjalankan segala Undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada bangsa dan negara."

Demikian sumpah Jokowi yang dibacakan di gedung MPR RI, Jakarta, Senin (20/10/2014).

INGAT! Presiden harus menjalankan segala Undang-Undang.

Pengangkatan Arcandra (kalau terbukti ybs adalah warga negara AS) sebagai menteri di negara yang tidak mengenal dwi-kewarganegaraan setidaknya melanggar tiga Undang-Undang, yaitu:

1. Undang-Undang No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan.
2. Undang-Undang No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara.
3. Undang-Undang No. 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.


Read More »

ARCANDRA TAHAR, KORBAN PRESIDEN AMATIRAN


Presiden Joko Widodo akhirnya memberhentikan dengan hormat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar, Senin (15/8/2016) malam, yang baru dilantik Jokowi 20 hari lalu. Pencopotan ini menyusul isu dwi-kewarganegaraan yang dimiliki Arcandra.

Jokowi yang gagah saat melantik sang menteri, tapi saat mencopot tak tampil sendiri dan diserahkan pada bawahannya.

Publik kebanyakan menilai bukan si menteri yang salah, tapi justru Presiden yang telah melantik menteri.

Berikut beberapa kutipan tanggapan netizen dan juga pakar hukum.

***

Breaking News: Menteri ESDM Archanda Tahar DIBERHENTIKAN.
LHo yg salah siapa??? Yang ngangkat dan merekomendasikan kok jadi cuci tangan kayak gini.
Lha negara kok dikelola amatiran gini....
Mestinya Presiden ikut bertanggungjawab atas keteledorannya !

(Nanik Sudaryati)

***

Ada upaya melokalisir kesalahan ke sosok Arcandra (yang dinilai "membohongi" si presiden soal status kewarganegaraannya).

Hoii...! Yang salah di sini presiden-nya.

Sebagai pejabat "by appoinment" (pejabat yang diangkat), Arcandra itu dalam posisi "menerima" offering (tawaran) kerja. Katakanlah dia berbohong dalam proses rekruitmen, itu semua kembali ke perekrutnya: harus bisa mendeteksi kebohongan itu sebelum melayangkan tawaran.

Yang harus dipermasalahkan adalah pejabat "by election". Pejabat tipe ini adalah pejabat yang menjabat karena dipilih, diembani tanggung jawab oleh para pemilih. Ketika ia terpilih, baik yang milih maupun tidak milih (para pemilih) sama-sama memberi amanah. Dan amanah itu harus dijaga.

Untuk "elected person" pada level Negara, yang mana ada sekian banyak perangkat Negara di letakkan di bawahnya untuk menyaring, mengolah, mengecek-ulang, dan merekomendir benih-benih keputusan, tidak ada alasan untuk mengatakan telah"dibohongi". Betapa ringkihnya Negara ini saat pejabat yang memegang tampuk kepemimpinan tertinggi bisa terbohongi dalam hal pengangkatan Elite kementerian.

Ringkih.

(Canny Watae)

***

Saya banyak membaca berita tentang status dua kewarganegaraan bapak Archandra Tahar. Saya terkejut bagaimana bisa beliau dilantik menjadi menteri dengan status yang seharusnya tidak boleh menjadi menteri.

Terus terang saya merasa kasihan dengan bapak Archandra dan keluarganya. Seolah dia dipermalukan di depan publik; menjadi menteri paling cepat diberhentikan dalam sejarah ketatanegaraan kita. Mungkin juga bisa masuk guiness book of record. Padahal jika membaca track record, riwayat pendidikan, dan kinerja dalam membangun perusahaan, beliau tergolong sukses.

Karena lama di Amerika, mungkin bapak Archandra tidak tahu tentang hukum ketatanegaraan kita. Justru saya mengkritik keras Jokowi. Bagaimana bisa Jokowi memilih menteri seperti membeli kucing dalam karung. Tidak tahu hal yang menjadi bagian penting ini. Mensesneg mengungkap keputusan Presiden Jokowi memberhentikan dengan hormat Archandra diambil oleh Presiden Jokowi setelah menyimak dinamika yang ada.

Kok dinamika sih pak? Maksudnya setelah banyak yang protes? Maksudnya pak Jokowi sedang test the waters, gitu? Kalau tidak ada yang protes, lanjut. Kalau ada yang protes, dihentikan? Kalau "berkiblat" pada dinamika kacau juga negara kita. Padahal negara ini punya aturan, kenapa tidak merujuk kesana?

Anehnya lagi, Menkumham yang seharusnya menjadi sumber solusi, malah memberikan jawaban seenaknya saja seolah-olah tidak mengerti hukum ketatanegaraan, terkesan, meminjam istilah Prof. Yusril, 'amatiran'.

Ini bukan skandal korupsi yang sering dibuat super ribet. Tapi kesalahan yang bisa dilihat dengan jelas. Tapi entah kenapa yang jelas itu di anggap remeh. Akibatnya terjadi kekacauan yang seharusnya sangat tidak perlu terjadi.

(Chandra HafizunAlim)

***

Archandra pastinya punya keluarga besar di Padang, punya anak, punya istri .... punya teman-teman ... yang mereka pastinya dipermalukan oleh "Pencitraan Presiden" alias "Presiden Piala Citra" ini ... dijadiin menteri kok 20 hari doang ... Karena, maunya dia "Dapet Citra" menyamai rekor Presiden Soeharto mengangkat menteri yang memiliki keahlian yang diakui negara besar "BJ Habibie" dengan mengangkat "Archandra" ....

Tetapi begitulah nasibnya ...dengan segala rencananya untuk mengangkat citranya ... yang didapat hanya "Citra semakin Buruk" .... Barangkali begitulah memang balasan dari-Nya jika menjadi pejabat negara tidak dengan hati ... alias tidak ikhlas .... alias pencitraan ... dan itu baru di dunia .... bagaimana di akherat nanti ? Na'udzubillah.

(Syamsul Arifin)

***

Kapan sih rakyat negeri ini akan sadar bahwa negara seharusnya dipimpin orang yang mengerti ngurusi negara, bukan amatiran melulu?

Jangan biarkan negara ini amburadul, jadi bahan olok-olok dan tertawaan bangsa-bangsa lain. Kita harus punya harga diri.

Presiden sampai salah mengangkat menteri yang ternyata telah kehilangan status WNInya adalah tindakan yang memalukan.

Presiden Jokowi harusnya bertanya kepada dirinya sendiri apakah beliau mampu mengurus negara ini dengan benar sesuai amanat konstitusi.


(Prof. Yusril Ihza Mahendra)

***

Tolong maafkan pemimpin kami, Pak Arcandra Tahar. Bapak tidak punya salah apa-apa, tapi harus dipermalukan seperti ini.

(Budi Hidayat)


Read More »

BEM UI: Langgar Tiga Undang-Undang, Presiden Jokowi Harus Bertanggungjawab


PERNYATAAN SIKAP BEM UI 2016

BEM UI 2016 Menuntut Pertanggungjawaban Presiden atas Polemik Menteri Dwi-kewarganegaraan

Polemik pergantian tubuh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla terus bergulir. Pemerintahan yang belum genap berumur dua tahun ini tercatat telah melakukan dua kali pergantian kabinet atau akrab disebut dengan reshuffle kabinet. Masuknya nama-nama beken seperti Sri Mulyani memang dianggap sebagai angin segar bagi peforma pemerintahan di masa mendatang. Namun, dicopotnya menteri seperti Rizal Ramli yang justru garang membela kepentingan rakyat kecil dalam kasus Reklamasi Teluk Jakarta menuai banyak tanya.

Dan masih dari tubuh pemerintahan hasil reshuffle kedua pemerintahan Jokowi-JK, publik dikejutkan dengan kabar adanya menteri yang diduga memiliki dua kewarganegaraan beberapa hari terakhir.

Sang terduga, Archandra Tahar, baru saja diberhentikan secara hormat oleh Presiden Jokowi. Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) yang baru menjabat 19 hari ini efektif mulai esok (hari ini, Senin 16/8) akan digantikan oleh Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman yang merangkap sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM.

Hal ini tentu sangat menodai catatan perjalanan pemerintahan Jokowi-JK. Kecerobohan dalam memilih Menteri tentu akan berdampak besar bagi kehidupan rakyat banyak, termasuk soal kepercayaan publik terhadap pemerintah. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada kredibilitas negara.

Sampai detik ini, publik belum menerima penjelasan yang komprehensif dari pihak istana mengenai hal ini. Dengan dugaan memiliki dua paspor Amerika Serikat dan Indonesia, pengangkatan Archandra sebagai menteri di negara yang tidak mengenal dwi-kewarganegaraan setidaknya melanggar tiga Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Undang-Undang No. 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara, dan Undang-Undang No. 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Apakah ada agenda politik tertentu soal pengangkatan Archandra sebagai Menteri di sektor yang sangat strategis ini memang perlu kita telisik lebih lanjut lagi. Tetapi tentu kita sepakat bahwa copot-pasang menteri dalam periode yang sangat singkat berimplikasi pada sehat tidaknya fungsi negara. Agenda-agenda sektor energi dan sumber daya mineral tentu akan terganggu.

Oleh karena itu, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari rakyat Indonesia, BEM UI menuntut:

1. Presiden Joko Widodo untuk segera memberikan penjelasan resmi kepada publik tentang kesalahan fatal yang telah dilakukan dengan mengangkat Archandra Tahar sebagai menteri ESDM

2. Presiden Joko Widodo untuk segera mengangkat Menteri ESDM yang baru dari kalangan professional dan nasionalis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Akhirnya, BEM UI mengharapkan pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo, agar lebih cermat dalam mengelola negara dan mengambil keputusan penting bagi negara.

Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia

Depok, 15 Agustus 2016

Arya Adiansyah
Ketua BEM UI 2016


Read More »
 
Wkyes